Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan,
apakah tanpa pemerasan sejarah tidak ada?
apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan
sejarah tidak akan lahir..??
Seolah-olah bila kita membagi sejarah
maka yang kita jumpai hanyalah pengkhianatan
Seolah-olah dalam setiap ruang dan waktu
kita hidup diatasnya..
ya...
betapa tragisnya
hidup adalah penderitaan kata buddha,
dan manusia tidak bisa bebas daripadanya...
bagiku kesadaran sejarah
adalah sadar akan hidup dan kesia-sian nilai-nilai
memang hidup seperti ini tidak enak..
"happy is the beatle without History", kata Douwson
dan sejarawan adalah
orang yang harus mengetahui dan mengalami hidup lebih berat
dari : GIE
In Memoriam of May 98 I
In Memoriam of May'98 II
Sutet Berjuang!!
Me & Friends
My LoVe
Jumat, 15 Februari 2008
Tentang Kita
Kita..
adalah generasi baru
ditugaskan untuk memberantas generasi tua yang mengancam
kita akan menjadi hakim
atas mereka yang dituduh koruptor-koruptor tua
kitalah generasi yang akan memakmurkan di Indonesia/negeri ini..
yang berkuasa sekarang
adalah orang-orang yang dibesarkan di zaman hindia Belanda
mereka adalah pejuang kemerdekaan yang gigih
tapi kini mereka telah mengkhianati apa yang diperjuangkannya
dan rakyat makin lama makin menderita
"aku bersamamu orang-orang malang..."
siapa yang bertanggung jawab akan hal ini?
mereka? generasi tua?
semuanya pemimpin-pemimpin yang harus ditembak mati di lapangan banteng!
cuma pada kebenaran kita bisa berharap
dan radio masih berteriak2 menyebarkan kebohongan
kebenaran cuma ada di langit
dan dunia hanyalah palsu.. palsu!
dari : GIE
adalah generasi baru
ditugaskan untuk memberantas generasi tua yang mengancam
kita akan menjadi hakim
atas mereka yang dituduh koruptor-koruptor tua
kitalah generasi yang akan memakmurkan di Indonesia/negeri ini..
yang berkuasa sekarang
adalah orang-orang yang dibesarkan di zaman hindia Belanda
mereka adalah pejuang kemerdekaan yang gigih
tapi kini mereka telah mengkhianati apa yang diperjuangkannya
dan rakyat makin lama makin menderita
"aku bersamamu orang-orang malang..."
siapa yang bertanggung jawab akan hal ini?
mereka? generasi tua?
semuanya pemimpin-pemimpin yang harus ditembak mati di lapangan banteng!
cuma pada kebenaran kita bisa berharap
dan radio masih berteriak2 menyebarkan kebohongan
kebenaran cuma ada di langit
dan dunia hanyalah palsu.. palsu!
dari : GIE
Apa kabar Nich?
Berbicara tentang revolusi di negeri tercinta ini seperti berbicara tentang menghancurkan gunung batu dengan modal sebuah sekop.
Bangsa ini telah terjajah jiwanya dengan sedemikian parah, jiwa yang tergadaikan demi iming-iming kapling di Surga.
Betapa hebatnya ideologi yang ditanamkan di otak kita yang telah meracuni seluruh keberadaan hidup kita.
Kesadaran adalah remote control yang dikendalikan oleh para pemegang kekuasaan.
Kesadaran bersifat manipulatif.
Ideologi hegemonik, mengutip Karl Marx, adalah kesadaran palsu yang mengacu pada nilai-nilai moral tinggi dengan sekaligus menutup kenyataan bahwa di belakang nilai-nilai luhur itu tersembunyi kepentingan egois kelas yang berkuaasa.
Namun revolusi adalah keniscayaan, yang harus dimulai dari penyadaran dan pemberdayaan.
Perlu dilakukan kerja di bidang ideologi untuk melawan ideologi hegemonik tersebut.
Ideologi harus bersifat dialektis, yang mengakar kuat dalam kultur manusia
Bersifat dialektis berarti sanggup menyesuaikan perkembangan jaman, bebas dari belengggu ideologis yang akan disalahgunakan oleh kekuasaan sebagai dasar legitimasi dari produk-produk kekuasaan.
Mengakar kuat dalam kultur manusia berarti membangkitkan penyadaran sejati akan hakekat manusia.
Bahwa sesungguhnya manusia berasal dari unsur yang sama, berasal dari hidup yang sama. Namun tidak membuatnya terjebak dalam humanisme yang hanya akan mengkerdilkan arti kemanusiaan.
Mengakar kuat juga memiliki arti sebagai roh yang memberi kekuatan dan orientasi pada tiap gerak hidup manusia, roh yang membuat jiwa tidak dimutasi oleh status dan keadaan sosialnya.
Jangan bicara bangsa sebelum mengerti tentang manusia
source: http://tomyarjunanto.wordpress.com
Bangsa ini telah terjajah jiwanya dengan sedemikian parah, jiwa yang tergadaikan demi iming-iming kapling di Surga.
Betapa hebatnya ideologi yang ditanamkan di otak kita yang telah meracuni seluruh keberadaan hidup kita.
Kesadaran adalah remote control yang dikendalikan oleh para pemegang kekuasaan.
Kesadaran bersifat manipulatif.
Ideologi hegemonik, mengutip Karl Marx, adalah kesadaran palsu yang mengacu pada nilai-nilai moral tinggi dengan sekaligus menutup kenyataan bahwa di belakang nilai-nilai luhur itu tersembunyi kepentingan egois kelas yang berkuaasa.
Namun revolusi adalah keniscayaan, yang harus dimulai dari penyadaran dan pemberdayaan.
Perlu dilakukan kerja di bidang ideologi untuk melawan ideologi hegemonik tersebut.
Ideologi harus bersifat dialektis, yang mengakar kuat dalam kultur manusia
Bersifat dialektis berarti sanggup menyesuaikan perkembangan jaman, bebas dari belengggu ideologis yang akan disalahgunakan oleh kekuasaan sebagai dasar legitimasi dari produk-produk kekuasaan.
Mengakar kuat dalam kultur manusia berarti membangkitkan penyadaran sejati akan hakekat manusia.
Bahwa sesungguhnya manusia berasal dari unsur yang sama, berasal dari hidup yang sama. Namun tidak membuatnya terjebak dalam humanisme yang hanya akan mengkerdilkan arti kemanusiaan.
Mengakar kuat juga memiliki arti sebagai roh yang memberi kekuatan dan orientasi pada tiap gerak hidup manusia, roh yang membuat jiwa tidak dimutasi oleh status dan keadaan sosialnya.
Jangan bicara bangsa sebelum mengerti tentang manusia
source: http://tomyarjunanto.wordpress.com
Pena
"Taktala aku menulis untukmu,
tinta ini tergetar
tinta hitam yang dingin ini berubah merah dan menggigil;
lalu hawa panas tubuh manusia yang paling jernih
memancar dari kedalaman hitam itu
Saat aku menulis untukmu,
tulang belulangku ikut menulis;
aku menulis dengan tinta tak terhapuskan
dari segenap perasaanku"
Miguel Hernandez
tinta ini tergetar
tinta hitam yang dingin ini berubah merah dan menggigil;
lalu hawa panas tubuh manusia yang paling jernih
memancar dari kedalaman hitam itu
Saat aku menulis untukmu,
tulang belulangku ikut menulis;
aku menulis dengan tinta tak terhapuskan
dari segenap perasaanku"
Miguel Hernandez
Langganan:
Postingan (Atom)